Kamis, 12 Januari 2017
Pendidikan Kita, Cermin Kita
BERAGAM permasalahan negeri, mulai dari plagiarisme, pro kontra ujian nasional, ketenagakerjaan, peluang Indonesia mengahadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) hingga permasalahan terkait beasiswa Indonesia yang dikomparasikan dengan beasiswa negara lain menjadi pembuka buku Kabut Pendidikan di Indonesia (Sai Wawai Publishing, 2014) karya Budy Sugandi ini.
Tak hanya menyajikan fakta empiris, dengan gaya tutur khas Sugandi menyajikan hasil telisik akademik mendalam dari perjalanan hidupnya, mulai dalam hingga luar negeri. Buku ini terbagi atas dua bagian, bagian pertama merupakan kumpulan artikel, sedang bagian lain mengulas kajian model pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT).
Di bagian pertama buku, Sugandi mengeksplorasi baragam problem negeri ini dari sudut pandang berbeda, jauh dari apresiasi dan penilaian klise. Artikel Plagiarisme, Belajar dari Jerman (hal 2) menjadi penegas hal tersebut. Plagiarisme sejatinya dipandang tak hanya sebagai kealpaan dari para pelajar/mahasiswa saja, peran berbagai pihak mulai pemerintah, sekolah/universitas, hingga pelajar/mahasiswa harus selalu melakukan kolaborasi sinergis untuk menekan plagiarisme.
Tinjauan lain disajikan lewat artikel Jangan Pernah Andalkan Ijazah Luar Negerimu. Sugandi menepis stigma, mitos dan paradigma eksklusif yang biasa melekat pada mahasiswa lulusan luar negeri. Bagi Sugandi kuliah di dalam atau di luar negeri sama saja, kualitas hanya ditentukan dari kecakapan dalam berbagi peran input-proses-output, karena bukan dimana Anda belajar, tapi bagaimana Anda belajar (hal 31).
Terkait peningkatan pendidikan, salah satunya adalah dengan pemberian beasiswa di segala jenjang, tentu Indonesia perlu belajar banyak dari negara-negara yang memiliki perhatian lebih pada pendidikan, salah satunya Turki. Tanpa bermaksud menafikan segala beasiswa yang telah pemerintah Indonesia berikan, perbaikan tentu harus terus ditingkatkan.
Penuturan Sugandi dalam artikel Beasiswa Pemerintah Indonesia, Belajar dari Turki (hal 38), memaparkan segala upaya Turki di bidang pendidikan yang dirasakannya langsung.
Bagian kedua buku ini Sugandi mengulas kajian model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Model pembelajaran ini dapat memberikan efek pada penerimaan terhadap keberagaman ras, budaya, kelas sosial, gender, serta tingkat kemampuan peserta didik (hal 55).
Komponen model pembelajaran ini terdiri atas; penyajian kelas, kelompok, permainan, turnamen, dan penghargaan kelompok. Model pembelajaran TGT dengan menggunakan pendekatan problem posing yang telah diujikan pada kelas VIII SMP Muhammadiyah 3 Depok, Sleman tahun ajaran 2009-2010 ini mampu meningkatkan hasil belajar mata pelajaran matematika secara signifikan.
Penuturan Sugandi dalam buku ini, menjadi marwah lahirnya kesadaran kolektif bagi kemajuan bangsa Indonesia. Pengalaman pendidikan yang pernah diraihnya mulai di Indonesia, Jerman, hingga Turki mampu dinarasikan menjadi buah pikir logis sistematis. Kecakapan Sugandi dalam memadukan teks dengan konteks menjadikan buku ini padat berisi namun tetap renyah untuk disimak.
*Ditulis oleh : Khairul Amin, Mahasiswa Jurusan Agroteknologi Universitas Muhammadiyah Malang.
*dimuat juga di : http://surabaya.tribunnews.com/2015/03/11/pendidikan-kita-cermin-kita
Jembatan Pelajar Indonesia
Dari Indonesia untuk Anak Indonesia
Jembatan Pelajar merupakan gerakan sosial dan rintisan (start-up) teknologi pendidikan dengan tiga fokus utama; Membantu pelajar Indonesia untuk menggali potensi diri, Merupakan situs marketplace pencarian guru keterampilan (skill-based teacher) dan sebagai tempat bagi guru keterampilan untuk mencari siswa. Menyediakan layanan bimbingan bagi pelajar Indonesia yang ingin melanjutkan pendidikan baik ke dalam maupun ke luar negeri.
00.33.00
berita
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar
tinggalkan coment anda, krna satu kata anda sangatlah berarti