Senin, 17 Desember 2012
JANGAN PERNAH ANDALKAN IJAZAH LUAR NEGERIMU!
JANGAN PERNAH ANDALKAN IJAZAH LUAR
NEGERIMU!
“Okul için degil, yasam için
ögreniyorum.” (isveç atasözül).
Dalam tulisan ini
sengaja penulis mengutip peribahasa yang ada di dalam buku TÖMER orta 2 (kursus
bahasa Turki level orta 2), yang jika diterjemahkan secara bebas yaitu “hidup
bukan untuk bersekolah, tapi hidup untuk kehidupan”. Mahasiswa merupakan gerda terdepan dan motor
pengerak dalam kemajuan suatu bangsa, karena para Pejabat Pemerintah, Para Ahli,
Profesor yang saat ini menjabat pasti akan lengser sesuai berjalannya waktu dan
digantikan oleh para pemuda. Namun masalahnya adalah pemuda seperti apakah yang
mampu mengubah bangsa kita menjadi lebih baik? Apakah pemuda yang malas? pemuda yang rajin belajar? Atau pemuda
lulusan luar negeri?. Dalam tulisan ini penulis mencoba menjabarkan peran
mahsiswa yang sedang menempuh studi di luar negeri.
Banyak diantara
mahasiswa menggembor-gemborkan diri akan hadir sebagai agen of change, namun jika dilirik kepada sikap, tanggung jawab
yang sedang mereka emban saat ini nampaknya antara harapan dan perbuatan masih
sangat jauh dari kata sesuai. Berangkat ke kampus sering telat, tugas selalu copy-paste, IPK dibawah 3,00. Janaganpun
untuk mengubah dunia atau negara mengubah dirinya untuk lebih baik saja mereka
sudah tidak mampu. Saya yakin saat saya menuliskan IPK dibawah 3,00 banyak dari
pembaca yang tidak setuju dengan berbagai macam dalih dan argumennya terutama
para aktivis kampus, namun bagi saya, sebagai Mahasiswa IPK baik merupakan
tanggung jawab kepada diri bahwa kita beraktivitas dalam lingkup akademik dan
keilmuan. Memang IPK tinggi tidak menjamin seseorang untuk sukses,
perusahaan-perusahaan besar lebih mementingkan skill ketimbang IPK, namun dengan IPK yang baik bisa menjamin
setidaknya menjadi salah satu peserta dalam seleksi masuk perusahaan tersebut,
karena umumnya perusahaan menyaratkan kriteria IPK minimum dalam administrasi.
Bangsa Indonesia
saat ini harus kita akui dan kita sadari masih jauh dari kemakmuran. Perang
kemiskinan dan kebodohan, korupsi telah mengakar daging di negeri yang kita
cintai ini. Bangsa kita sangat perlu pembenahan dari berbagai macam sektor baik
sektor pendidikan, kebudayaan, keamananan, sosial dan seterusnya. Oleh sebab
itu bangsa kita membutuhkan orang-orang yang mampu dan mau untuk berpartisipasi
untuk mengubah itu semua. Sebagai mahasiswa yang sedang mendapatkan kesempatan
studi di luar negeri sudah seharusnya kita berusaha keras untuk mencarikan
solusi sehingga bangsa kita tidak hanya dipandang sebelah mata oleh bangsa-bangsa
lain. Segala problem yang dihadapi saat ini tidak akan bisa diselesaikan oleh
orang-orang yang hanya memiliki knowledge
semata, namun problem tersebut hanya bisa diselesaikan oleh orang-orang yang
mampu mengeluarkan kreativitas pikirannya keluar dari dalam box
ketertekanan.
Tidak banyak rakyat
indonesia yang medapatkan kesempatan studi di luar begeri karena sistem
perekonomian Indonesia yang kapitalis dan mahalnya biaya pendidikan. Namun
beruntung ada lembaga-lembaga yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
bisa melanjutkan studi ke luar negeri melalui program beasiswa dan lain-lain
sehingga rakyat yang memiliki permasalahan ekonomipun bisa melanjutkan studi.
Mahasiswa yang sedang mendapatkan kesempatan di luar negeri sudah seharusnya
mampu membuka cakrawala pemikirannya, membuka link kerjasama, mempelajari
kultur, budaya serta sistem yang diterapkan di negara tersebut. Dari pemaparan
di atas penulis tidak bermaksud untuk men-justification
bahwa lulusan luar negeri pasti berkualitas, karena output yang keluar adalah berkat input dan proses yang dilalui, ibarat filosofi metamorfosis
kupu-kupu, semua jenis kupu-kupu sebelum memiliki tubuh yang indah mereka harus
melalui tahap-tahap hidup sebagai telur, ulat, kepompong, dan akhirnya menjadi
kupu-kupu cantik.
Banyak lulusan luar
negeri yang saat ini mampu memberikan sumbangsihnya bagi bangsa indonesia.
Penulis ambil contoh Prof. Amin Abdullah dan Prof. Qomaruddin hidayat. Mereka
adalah alumni dari salah satu universitas ternama di Turki yang pernah
diberikan amanah sebagai Rektor masing-masing di Universitas Islam Negeri (UIN)
Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta. Mereka kembali ke Indonesia tidak hanya mengandalkan
gelar luar negeri yang dibawa, namun Mereka mampu membawa spirit dan
pengetahuan yang telah didapat dari luar negeri sehingga mereka mendapatkan
kepercayaan dan kedudukan yang terhormat. Suatu ketika penulis sebelum
berangkat ke Turki sempat bersilaturahmi ke kediaman Bapak Amin Abdullah,
beliau banyak berbagi pengalaman tentang studi dan kultur di Turki serta
memotivasi penulis untuk mampu berkontribusi lebih setelah kembalinya ke tanah
air, “mas saya jauh-jauh dari Indonesia
ke Turki tidak ada pilihan lain selain belajar dengan tekun, mendapatkan
pengalaman sebanyak-banyaknya, kembali ke Indonesia untuk berbagi segala hal
yang positif untuk Bangsa”, ungkap beliau.
Disinilah saat yang
tepat bagi kita untuk bisa berkontribusi, yaitu dengan memanfaatkan kesempatan
untuk terus menggali pengetahuan yang dibutuhkan, agar kelak sekembalinya ke
tanah air bisa memberikan kontribusi real dalam diri kita sendiri pada
khususnya dan Bangsa Indonesia pada umumnya.
Budy Sugandi
Master of Science and Mathematics Education, Marmara University, Istanbul-Turkey
Tulisan di
Republika Online
Jembatan Pelajar Indonesia
Dari Indonesia untuk Anak Indonesia
Jembatan Pelajar merupakan gerakan sosial dan rintisan (start-up) teknologi pendidikan dengan tiga fokus utama; Membantu pelajar Indonesia untuk menggali potensi diri, Merupakan situs marketplace pencarian guru keterampilan (skill-based teacher) dan sebagai tempat bagi guru keterampilan untuk mencari siswa. Menyediakan layanan bimbingan bagi pelajar Indonesia yang ingin melanjutkan pendidikan baik ke dalam maupun ke luar negeri.
10.31.00
pena
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar
tinggalkan coment anda, krna satu kata anda sangatlah berarti