(Mahasiswa Magister Studi Islam, UII)
Latest Posts
Sabtu, 05 Agustus 2017
berita
Oleh: Hudzaifah Fawwaz
(Mahasiswa Magister Studi Islam, UII)
Cak Gopar
17.51.00
Fenomena Spiritual
Company atau yang biasa dikenal dengan perusahaan berbasis Islam menjadi
isu menarik dalam kurun waktu 15 tahun terakhir sejak runtuhnya rezim order
baru 1998. Hal ini bisa diindikasikan sebagai salah satu kebangkitan Islam
setelah masa transisi orde baru dimana kebebasan ekspresi beragama mulai
didengungkan di berbagai lini kehidupan. Ialah kegiatan ekonomi dan bisnis
menjadi salah satu dampak dari isu kebangkitan Islam tersebut. Salah satu
inisiator daripada konsep perusahaan spiritual adalah Yusuf Mansur, seorang
ustadz atau pendakwah yang juga bergerak dalam kegiatan bisnis. Tidak hanya dia
yang menginisiasi spiritual company melalui bisnis yang dijalani, akan
tetapi banyak pula pengusaha – pengusaha lokal Indonesia yang terinspirasi dari
gerakan tersebut dan tergerak untuk mentransformasikan konsep perusahannya yang
semula konvensional menjadi spiritual. Fenomena Spiritual Company bisa
menjadi solusi alternatif menanggapi perkembangan ekonomi sekuler baik di ranah
bisnis mikro dan makro.
Spiritual
Company merupakan sebuah program perusahaan dengan prinsip, karakteristik
dan management berbasiskan ajaran Agama Islam. Human Resource merupakan
target inti dari proses pelaksanaanya. Hal ini bisa dilihat dari berbagai aspek
sepertihalnya penyeleksian karyawan, tugas dan kewajiban yang harus dijalankan
selama masa kerja, dan hal lain yang berhubungan dengan peribadatan. Semuanya berlandaskan pada ketentuan syar’iat
Islam. Bagaimana agama dalam hal ini ialah Islam menjadi sebuah acuan dan
rujukan dalam pengoperasian perusahaan dan kegiatan bisnis mengimplementasikan
sebuah fenomena bahwa agama telah berperan penting dalam aktifitas non kegamaan
yang bersifat praktis namun subtansial. Berikut beberapa contoh perusahaan yang
syarat akan aktualisasi syari’at Islam:
Waroeng
Steak and Shake adalah salah satu contoh riil dari perusahaan yang
mengaplikasikan konsep Spiritual Company. Perusahaan kuliner yang
didirikan oleh sepasang suami istri Jody Brotosuseno Siti Hariani pada tahun 2004
pada mulainya berbasis konvensional sepertihalnya perusahaan bisnis lainnya. Di
tahun 2010, Waroeng Group bertransformasi menjadi Spiritual Company setelah
melalui berbagai lika – liku perjalanan berbisnis. Membuat peraturan larangan
merokok untuk para karyawan, melakukan sholat lima waktu berjama’ah,
menjalankan sholat sunnah dhuha, belajar Al –Qur’an dan persyaratan utama yakni
beragama Islam adalah beberapa element yang diterapkan dalam mengaktualisasikan
perusahaan berbasiskan spiritualitas Islam. Karakteristik lainnya terlihat
dalam pemberian reward untuk para karyawan berupa umroh dan haji bagi mereka
yang mampu menghafalkan surat – surat tertentu dalam Al – Qur’an.
Sogan Batik
sebagai salah satu perusahaan fesyen yang mengangkat tema kerajinan batik di
Desa Redjodani, Sleman, Yogyakarta juga mengaplikasikan design Spiritual
Company sejak 6 tahun terakhir. Hal menarik dari karakteristik yang digunakan
oleh Sogan Batik terlihat dari karya produk pakaian yang dihasilkan. Motif –
motif batik yang dihasilkan menceritakan sejarah Islam dari berbagai penjuru
negeri. Tagline promosi yang digunakan pun berbunyi “Batik Berdzikir” dimana
Iffah M Dewi selaku owner dan designer produk Sogan Batik memiliki aturan dan
anjuran kepada para karyawan untuk melakukan semua proses pekerjaanya dengan
menyebut nama – nama Allah sepertihalnya ketika membatik, menjahit, hingga
mendistribusikan produknya. Sepertihalnya Waroeng Group, Sogan Batik juga
memiliki ritual sholat dhuha berjama’ah sebelum bekerja dan mengaji Al – Qur’an
yang dicanangkan sebagai program pesantren kerja.
Selain dua
perusahaan tersebut, masih banyak contoh perusahaan lainnya yang dengan jelas
kita bisa menilai bahwasanya mereka menerapkan Spiritual Company sebagai
acuan management karyawan dan produk bisnis. Bahkan sebagian besar dari mereka
mendeklarasikan hal tersebut sebagai company branding dan marketing
perusahaan di ranah publik. Tidak sedikit yang telah membuktikan adanya
efektifitas dan progresifitas kerja. Hal ini dirasakan karena adanya pelatihan
kedisiplinan dalam peribadatan yang berdampak pada kepribadian dan kebiasaan
para pekerjanya. Feedback lainnya dari Spiritual Company berpengaruh
pada peningkatan dan perkembangan perusahaan dalam kompetisi pasar. Salah satu
yang bisa dijadikan parameter dalam hal ini adalah lahirnya market audience
yang mempertimbangkan religiusitas dan spiritualitas untuk terlibat dalam
proses transaksi jual beli. Indonesia dengan jumlah populasi beragama Islam
yang mayoritas menjadi salah satu faktor berpengaruh dalam pembentukan audien
pasar. Jika kita analisa lebih lanjut, adanya fenomena Spiritual Company
yang dilakukan oleh banyak perusahaan baik yang baru didirikan atau melaui
proses transformasi menunjukkan benang merah yang merujuk pada target pasar yang
potensial.
Kesimpulan
yang bisa ditarik dari tulisan singkat ini adalah kebangkitan ekonomi Islam
yang disebabkan oleh fenomena Spiritual Company bisa kita pahami dalam
dua pengertian. Pertama, masa setelah order baru menjadi turning point of
change dimana masyarakat beragama mulai berusaha untuk bisa mengekspresikan
substansi religiusitas dan spiritualitas mereka di ranah praktis termasuk dalam
berbisnis. Sehingga banyak pelaku bisnis dan stake holder perusahaan yang
melakukan transformasi dan perubahan konsep pengoperasian perusahaan mereka. Kedua,
Spiritual Company bisa menjadi salah satu cara profit – gained tool yang
berlandaskan pada market audience. Hal ini bisa dilihat dari sudut
pandang para pelaku bisnis yang mulai menyadari akan lahirnya masyarakat yang
memiliki concern khusus pada hal – hal yang berbahu religiusitas dan
spiritualitas. Dengan menyamakan orientasi perusahaan dan pasar akan menghasilkan
sebuah segmentasi dan scope bisnis yang menguntungkan.
(Mahasiswa Magister Studi Islam, UII)
Sabtu, 11 Februari 2017
berita
AMBON pernah mengalami konflik. Pertikaian yang menyisakan trauma mendalam, bukan hanya bagi warga Ambon, Maluku, namun juga duka bagi Indonesia.
Cak Gopar
17.09.00
Pascakonflik, Ambon kini kembali membaik. Salah satunya dengan upaya menyadarkan masyarakat lewat edukasi di sekolah. Salah satu sekolah yang menerapkannya adalah SMAN Siwalima Ambon.
Keberadaan penulis di sana untuk sosialisasi peran sekolah menghadapi era global dan penerapan aplikasi teknologi Schoolmedia.
Takjub dan bersyukur bisa berkunjung ke sekolah yang dibentuk pascakonflik Ambon dengan sistem boarding school atau asrama.
Kepala SMAN Siwalima Ambon, Dra Paula Tahapary MSi, bercerita, awalnya sekolah ini bernama SMAN 9 Ambon. Tahun 2006 berubah menjadi SMAN Siwalima. Sekolah ini mengalami transformasi baik dari gedung maupun sistem pembelajarannya.
Untuk mendukung program pemerintah, sekolah menerapkan sistem pembelajaran yang fokus pada sains dan nilai-nilai keberagaman.
“Meski masih baru, siswa sudah menjuarai olimpiade debat dan masuk delapan besar nasional,” jelas Paula, bangga.
Ketika awal dibuka, sekolah dijaga tentara demi keamanan dan memberikan rasa aman. Orangtua siswa percaya, menitipkan anak-anaknya dengan sistem asrama. Mereka berinteraksi dan saling belajar satu sama lain, tak hanya di ruang kelas namun juga melalui interaksi di asrama dan kegiatan lainnya.
Komposisi siswa di sekolah ini berimbang (50:50) antara siswa beragama Islam dan Kristen dengan sebaran dari 11 kabupaten/kota, berbagai suku sama-sama bergandeng tangan belajar bersama.
Bukan hanya belajar berhitung, sains dan seterusnya namun juga belajar keberagaman.
“Kami punya program Jumat bersih, siswa membawa karung, keliling dan menyapa masyarakat sekitar sehingga lingkungan semakin bersih dan ada keakraban antara siswa dan masyarakat. Karena ini sesuai dengan visi sekolah menciptakan manusia unggul dalam sains namun berkarakter mulia,” ujarnya.
Harapan Paula, kelak siswa yang lulus dari SMAN Siwalima ada yang bisa melanjutkan studi ke universitas top, menjunjung tinggi nilai-nilai keberagaman dan menjadi agen perubahan bangsa.
*Tulisan ini juga dimuat di http://surabaya.tribunnews.com/2017/02/10/belajar-menenun-keberagaman-dari-sman-siwalima-ambon
*Tulisan ini juga dimuat di http://surabaya.tribunnews.com/2017/02/10/belajar-menenun-keberagaman-dari-sman-siwalima-ambon
Rabu, 01 Februari 2017
berita
Cak Gopar
04.26.00
TRANSIT di pagi yang hangat di
bandar udara El Tari, Kupang, NTT, setelah penerbangan dari Jakarta sebelum
melanjutkan penerbangan ke Atambua. Sebotol madu sempat terbeli. Setelah
beberapa jam menunggu, penerbangan pun berlanjut ke Atambua.
Langganan:
Postingan (Atom)