Kamis, 29 Oktober 2009
SUATU KEJADIAN DIHARI KAMIS
SUATU KEJADIAN DIHARI KAMIS, 28 FEBRUARI 2008
Pengantar: Tulisan ini adalah kisah nyata penulis yang dimuat dalam tulisan sebagai “bacaan” bagi siapa saja yang membaca, semoga setelah membaca bertambah ilmu dan mengambil hikmah dari cerita ini.
Siang itu ketika waktu adzan dzuhur hampir dikomandangkan, matahari terasa sangat mencekam kulitku dengan keadaan badanku yang sedang kurang sehat, aku selesai kuliah dan hendak pegi ke masjid unuk melaksanakan sholat, kemudiaan terlintas dipikiranku untuk mampir sejenak untuk konsultasi kepada dokter yang posisi bangunan (poliklinik) nya berada pada lintasan perjalananku. Langkahku bimbang untuk melangkah ke tempat itu, banyak alasan mengapa aku merasa berat. Yang pertama karena keadaan uangku untuk bulan ini sangatlah mepet, bisa kerepotan nanti jika aku harus membeli obat dengan harga yang belum aku ketahui. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi periksa saja, utuk masalah obat biar belakangan saja (pikirku), alasan kedua adalah teman-temanku tidak ada yang mau meluangkan waktunya untuk sekedar menemaniku periksa, kemudian alasan yang terakhir aku khawatir poliklinik tutup, karena saat itu adalah jam istirahat.
Namun ketika dalam perjalanna aku sempat bertanya kepada salah seorang temanku tentang bacaan kecil yang terrtulis di depan pintu poliklinik, mataku tidak bias melihat tulisan jika jaraknya jauh karena mataku minus, kemudian temanku melihat tulisan tersebut dan mengatakan “poliklinik masih buka”. Akhirnya aku paksakan langkahku untuk bergerak melangkah ke tempat tersebut, langkah kaki terasa ditarik bumi, namun semua itu dapat aku atasi. Dipertegahan jalan ternyata aku bertemu dengan salah seorang temanku yang sekarang masih semester dua (2), setelah mengucapkan salam dan sedikit bercengkrama, kemudian saya mencoba mengajaknya untuk mau menemaniku periksa, sukur Alhamdulillah teman tersebut menerima tawaranku dengan senyum ikhlas. Sesampai di depan pintu aku melihat tiga orang sedang berbicara, entah apa yang mereka bicarakan saya tidak jelas mendengarkannya, yang salah satu orang tersebut adalah orang yang saya kenal, yaitu salah satu dokter di poliklinik itu, Kemudian saya masuk untuk mendaftarkan diri terlebih dahulu, di tempat pendaftaran tersebut terlihat seluuh penghuni ruangan tersebut sedang berkumpul pada meja pendaftaran, kemudian aku segera mendaftarkan diri, belum sempat mendaftar, petugas terlihat bingung dengan menoleh ke kanan dan kiri, kemudian berkata dengan nada ragu “maaf mas sekarang sudah tutup,” kemududian terdengar sahutan dari teman yang berada disampinhgnya ”ia mas sekarang sudah jam nya istirahat”, juga terlihat salah seorang berlari kearah pintu untuk membalik tulisan di pintu, mendengar hal tersebut saya langsung komplain, kemudian terjadi sedikit cekcok, petugas menanyakan kepada dokter yang ada di sebelahnya “gimana dok meriksa atau mau istirahat”, dokter tersebut menggeleng-gelengkan kepalanya. Kemudian datanglah dokter yang tadi sedang berbicara di luar kemudian berucap ”tadi masnya ini masuk pas tulisan masih buka”, kemudian petugas bertanya kepada dokter tersebut apakah bersedia untuk memeriksaku dan dokter bersedia.
Hatiku sakan-akan mendapatkan siraman air setelah api membakari nafsuku, alhamdulillah, aku diajak dokter ke ruangannya untuk diperiksa, tenyata aku sakit radang tenggorokan, dokter menuliskan resep obatnya belum selesai menulis saya langsung memotong dengan ucapan tentang keadaan uangku yang sangat mepet, dokterpun mendengarkan alasan-alasanku, Kemudian dokter itu kembali bertanya dengan nada menekan “kalo gak minum obat gimana sembuhnya?”, mendengar itu akupun terdiam, kemudian dokter melanjutkan perkataannya, kali ini memberikan solusi agar aku tetap menerima resep dan untuk masalah pembayarannya boleh belakangan (hutang), “nanti saya yang akan bilang ke petugas nya” lanjutnya, sayapun menerima tawaran dokter yang saat itu seperti menjadi ibuku yang selalu mengasihi dan menjagaku, urusan selesai kami meninggalkan ruangan dan saya menuju tempat pembayaran dan memberikan resep.
Sambil menunggu jumlah pembayaran saya menyempatkan diri untuk menyapa temanku tadi yang sedang terlihat asik membaca buku, tak lama kami berbincang, akupun dipanggil untuk mengambil obat dan nota yang belum terbayar, setelah melihat nota, mataku terpusat pada tulisan ‘J.M’ dengan tulisan disamping nya 7.500, kemudian aku bertanya “J.M itu uang jaminan ya“, “bukan tapi Jasa Medis” jawabnya. aku langsung komplain, setelah cukup lama terjadi cek-cok dengan petugas akhirnya petugas menyarankan saya untuk langsung bertanya kepada dokter, sayapun mendatangi dokter, dokter membeikan penjelasan tentang jasa medis tersebut, saya mencoba menjelaskan tentang sikap saya memprotes biaya jasa medis tersebut dengan menceritakan bahwa saya pernah ikut responisi di fakultas yang diadakan oleh universitas tentang penggunaan poliklinik, kebetulan pada acara itu saya bertanya masalah keuangan yang dikatakan bahwa untuk biaya pemeriksaan gratis namun hanya dibebankan dengan biaya obat saja,. Dokter melanjutkan alasannya, bahwa kebijakan yang diambil bahwa ada jasa untuk tim medis mulai diberlakukan atas dasar keputusan dari univesitas, akhirnya saya menerima kenyataan tersebut walaupun dengan rasa tidak puas namun aku merasa tidak enak apabila harus beradu mulut terutama kepada ibu dokter yang tadi juga telah berbuat baik kepada saya. Saya pun keluar dari poliklinik bersama temanku yang setia menemani saya.. Akhirnya Kamipu bergegas menuju Masjid. Astagfirullah, La haula wala kuwwata illa billah, Semoga Allah Memberikan Kesehatan Kepada Saya Untuk Selalu Ingat Kepada-Nya, Ami…n.
01/21.26/02108
@budysugandi
Pengantar: Tulisan ini adalah kisah nyata penulis yang dimuat dalam tulisan sebagai “bacaan” bagi siapa saja yang membaca, semoga setelah membaca bertambah ilmu dan mengambil hikmah dari cerita ini.
Siang itu ketika waktu adzan dzuhur hampir dikomandangkan, matahari terasa sangat mencekam kulitku dengan keadaan badanku yang sedang kurang sehat, aku selesai kuliah dan hendak pegi ke masjid unuk melaksanakan sholat, kemudiaan terlintas dipikiranku untuk mampir sejenak untuk konsultasi kepada dokter yang posisi bangunan (poliklinik) nya berada pada lintasan perjalananku. Langkahku bimbang untuk melangkah ke tempat itu, banyak alasan mengapa aku merasa berat. Yang pertama karena keadaan uangku untuk bulan ini sangatlah mepet, bisa kerepotan nanti jika aku harus membeli obat dengan harga yang belum aku ketahui. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi periksa saja, utuk masalah obat biar belakangan saja (pikirku), alasan kedua adalah teman-temanku tidak ada yang mau meluangkan waktunya untuk sekedar menemaniku periksa, kemudian alasan yang terakhir aku khawatir poliklinik tutup, karena saat itu adalah jam istirahat.
Namun ketika dalam perjalanna aku sempat bertanya kepada salah seorang temanku tentang bacaan kecil yang terrtulis di depan pintu poliklinik, mataku tidak bias melihat tulisan jika jaraknya jauh karena mataku minus, kemudian temanku melihat tulisan tersebut dan mengatakan “poliklinik masih buka”. Akhirnya aku paksakan langkahku untuk bergerak melangkah ke tempat tersebut, langkah kaki terasa ditarik bumi, namun semua itu dapat aku atasi. Dipertegahan jalan ternyata aku bertemu dengan salah seorang temanku yang sekarang masih semester dua (2), setelah mengucapkan salam dan sedikit bercengkrama, kemudian saya mencoba mengajaknya untuk mau menemaniku periksa, sukur Alhamdulillah teman tersebut menerima tawaranku dengan senyum ikhlas. Sesampai di depan pintu aku melihat tiga orang sedang berbicara, entah apa yang mereka bicarakan saya tidak jelas mendengarkannya, yang salah satu orang tersebut adalah orang yang saya kenal, yaitu salah satu dokter di poliklinik itu, Kemudian saya masuk untuk mendaftarkan diri terlebih dahulu, di tempat pendaftaran tersebut terlihat seluuh penghuni ruangan tersebut sedang berkumpul pada meja pendaftaran, kemudian aku segera mendaftarkan diri, belum sempat mendaftar, petugas terlihat bingung dengan menoleh ke kanan dan kiri, kemudian berkata dengan nada ragu “maaf mas sekarang sudah tutup,” kemududian terdengar sahutan dari teman yang berada disampinhgnya ”ia mas sekarang sudah jam nya istirahat”, juga terlihat salah seorang berlari kearah pintu untuk membalik tulisan di pintu, mendengar hal tersebut saya langsung komplain, kemudian terjadi sedikit cekcok, petugas menanyakan kepada dokter yang ada di sebelahnya “gimana dok meriksa atau mau istirahat”, dokter tersebut menggeleng-gelengkan kepalanya. Kemudian datanglah dokter yang tadi sedang berbicara di luar kemudian berucap ”tadi masnya ini masuk pas tulisan masih buka”, kemudian petugas bertanya kepada dokter tersebut apakah bersedia untuk memeriksaku dan dokter bersedia.
Hatiku sakan-akan mendapatkan siraman air setelah api membakari nafsuku, alhamdulillah, aku diajak dokter ke ruangannya untuk diperiksa, tenyata aku sakit radang tenggorokan, dokter menuliskan resep obatnya belum selesai menulis saya langsung memotong dengan ucapan tentang keadaan uangku yang sangat mepet, dokterpun mendengarkan alasan-alasanku, Kemudian dokter itu kembali bertanya dengan nada menekan “kalo gak minum obat gimana sembuhnya?”, mendengar itu akupun terdiam, kemudian dokter melanjutkan perkataannya, kali ini memberikan solusi agar aku tetap menerima resep dan untuk masalah pembayarannya boleh belakangan (hutang), “nanti saya yang akan bilang ke petugas nya” lanjutnya, sayapun menerima tawaran dokter yang saat itu seperti menjadi ibuku yang selalu mengasihi dan menjagaku, urusan selesai kami meninggalkan ruangan dan saya menuju tempat pembayaran dan memberikan resep.
Sambil menunggu jumlah pembayaran saya menyempatkan diri untuk menyapa temanku tadi yang sedang terlihat asik membaca buku, tak lama kami berbincang, akupun dipanggil untuk mengambil obat dan nota yang belum terbayar, setelah melihat nota, mataku terpusat pada tulisan ‘J.M’ dengan tulisan disamping nya 7.500, kemudian aku bertanya “J.M itu uang jaminan ya“, “bukan tapi Jasa Medis” jawabnya. aku langsung komplain, setelah cukup lama terjadi cek-cok dengan petugas akhirnya petugas menyarankan saya untuk langsung bertanya kepada dokter, sayapun mendatangi dokter, dokter membeikan penjelasan tentang jasa medis tersebut, saya mencoba menjelaskan tentang sikap saya memprotes biaya jasa medis tersebut dengan menceritakan bahwa saya pernah ikut responisi di fakultas yang diadakan oleh universitas tentang penggunaan poliklinik, kebetulan pada acara itu saya bertanya masalah keuangan yang dikatakan bahwa untuk biaya pemeriksaan gratis namun hanya dibebankan dengan biaya obat saja,. Dokter melanjutkan alasannya, bahwa kebijakan yang diambil bahwa ada jasa untuk tim medis mulai diberlakukan atas dasar keputusan dari univesitas, akhirnya saya menerima kenyataan tersebut walaupun dengan rasa tidak puas namun aku merasa tidak enak apabila harus beradu mulut terutama kepada ibu dokter yang tadi juga telah berbuat baik kepada saya. Saya pun keluar dari poliklinik bersama temanku yang setia menemani saya.. Akhirnya Kamipu bergegas menuju Masjid. Astagfirullah, La haula wala kuwwata illa billah, Semoga Allah Memberikan Kesehatan Kepada Saya Untuk Selalu Ingat Kepada-Nya, Ami…n.
01/21.26/02108
@budysugandi
Jembatan Pelajar Indonesia
Dari Indonesia untuk Anak Indonesia
Jembatan Pelajar merupakan gerakan sosial dan rintisan (start-up) teknologi pendidikan dengan tiga fokus utama; Membantu pelajar Indonesia untuk menggali potensi diri, Merupakan situs marketplace pencarian guru keterampilan (skill-based teacher) dan sebagai tempat bagi guru keterampilan untuk mencari siswa. Menyediakan layanan bimbingan bagi pelajar Indonesia yang ingin melanjutkan pendidikan baik ke dalam maupun ke luar negeri.
06.35.00
pena
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar
tinggalkan coment anda, krna satu kata anda sangatlah berarti