LAPORAN STUDI BANDING KE TURKI
Jumat, 25 Juli 2014
Laporan Studi Banding AIPI Ke Turki
LAPORAN STUDI BANDING KE TURKI
Tanggal 23 – 27 Juni 2014
Komisi Kebudayaan AIPI telah melakukan studi banding ke Turki dengan tema: Mengenal Budaya Islam Sebagai Budaya Damai Dan Cinta Keragaman: Belajar DariPengalaman Turki. Perjalanan studi banding ini dilaksanakan pada tanggal 23-27 Juni 2014 dipimpin oleh Prof. Dr. Toeti Heraty Noerhadi-Roosseno, disertai dua anggota Komisi Kebudayaan lainnya, Prof. Dr. M. Amin Abdullah dan Prof. Dr. Musdah Mulia serta Ichfa Nursanti, asisten profesional Komisi Kebudayaan. Meskipun waktu kunjungan relatif sangat singkat, yaitu 4 hari: dua hari di Istanbul dan dua hari di Ankara, namun kegiatan kami sangat padat. Kami berhasil mengunjungi 5 institusi penting, yaitu Fakuktas Ilahiyyat, Universitas Marmara dan Fatih College (Istanbul) serta Presidency of Religious Affairs: Directorate of Foreign Relations dan Directorate of Educational Services, Turkiye Diyanet Vakfi, dan Fakultas Ilahiyyat, Universitas Ankara (Ankara). Namun sangat disayangkan kami tidak bertemu denganpara anggota dari TUBA (Turkey Academic of Science) sebagaimana yang dianjurkan oleh TUBA sendiri yaitu Prof. Dr. Ismail Kara dan Prof. Dr. Ilhan Kutluer yang adalah Guru Besar di fakultas Ilahiyyat, Universitas Marmara, kabarnya mereka sedang berada diluar kota. Disamping itu kami pun tidak sempat berkunjung ke kantor TUBA di Ankara, karena selain terbatasnya waktu dan padatnya acara kami, juga karena TUBA sendiri tidak mengundang untuk berkunjung disebabkan tidak ada pejabat berwenang disana.
Mengapa Turki? Karena bagi kami, Indonesia sangat mirip dengan Turki. Walaupun mayoritas penduduknya beragama Islam, Turki mempresentasikan diri bukan sebagai negara Islam, seperti halnya Pakistan dan Iran, melainkan sebagai negara demokrasi sekuler. Kami jugamenggali informasi untuk mengetahui bagaimana budaya Islam digunakan dalam pengembangan peran perempuan dalam masyarakat Turki yang modern sehingga amat berbeda dengan masyarakat Islam lain di negara-negara Arab, khususnya di kawasan Middle East.
Kegiatan studi banding ini dilakukan dengan mengunjungi lembaga-lembaga ilmu pengetahuan yang konsen pada pengembangan ilmu pengetahuan dan budaya keislaman serta juga melakukan diskusi dengan sejumlah pakar atau ilmuwan yang menekuni bidang ini di Turki.
Ilahiyat Fakultesi, Marmara Universitesi
Dimulai dengan kunjungan ke Universitas Marmara di wilayah Uskudar, Istanbul.Universitas ini merupakan salah satu perguruan tinggi tertua di Turki, berdiri tahun 1883. Di sini kami diterima langsung oleh Prof. Dr. Ali Kose, dekan Fakultas Teologi (Ilahiyat Fakultesi) Universitas Marmara. Kami diterima dengan ramah dan sangat hangat, beliau didampingi empat orang dosen senior di Universitas tersebut. Bahkan, kami juga dijamu makan siang dan dipinjamkan mobil dinas Universitas baik ketika datang maupun kembali.
Bersama Dekan Fakultas Ilahiyat, Univ. Marmara Turki dan para dosen senior
Perbincangan kami dengan para petinggi Universitas ini menjelaskan bahwa Universitas Marmara terdiri atas 3 jurusan, yaitu Jurusan Agama dan Sejarah; Jurusan Agama dan Filsafat; dan Jurusan Agama dan Pengetahuan Seni dan Budaya. Dekan dan para dosen senior Universitas Marmara menekankan bahwa pihaknya sangat mementingkan agar mahasiswa yang belajar di Fakultas Ilahiyat ini mengerti agama Islam secara konprehensif. Hal itu penting agar mereka memiliki pengetahuan dan wawasan mendalam dan terbuka mengenai agama. Itulah sebabnya, agama harus diajarkan dalam berbagai aspeknya, antara lain melihat agama dalam aspek sejarah agar mereka mengerti agama bukan hanya dari perspektif tekstual belaka, melainkan juga pahamakan perspektif sosio-historis dan sosio-politisnya. Aspek lain yang penting adalah filsafat, seni dan budaya. Seni yang dimaksudkan di sini cukup luas, termasuk seni arsitektur, seni pertunjukan dan seni lukis. Dengan ungkapan lain, diharapkan mahasiswa mengerti Islam, baik secara tekstual maupun kontekstualnya. Kesimpulannya, berbagai jurusan dalam Fakultas Ilahiyat ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang mengapresiasi nilai-nilai humanis dan kompatibel dengan prinsip-proinsip ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Suasana diskusi di ruang dekan Fakultas Ilahiyat, santai dan hangat
Fatih Koleji
Berfoto di depan Fatih Koleji, Istanbul bersama Muhammad Fatih
Kedua, kunjungan ke Fatih Koleji (Fatih College). Sekolah ini milik swasta dan mengelola pendidikan dasar, mulai tingkat SD sampai SMU dan sangat menekankan pada penguasaan sains. Sekolah ini adalah salah satu sekolah yang dikelola oleh para pengelola yang terinspirasi oleh ide-ide pendidikan Fethullah Gulen (Gulen Movement). Mottonya adalahCompeting in the World for Turkey. Tujuannya jelas, mendidik generasi muda Turki agar menguasai ilmu pengetahuan dan mampu bersaing di dunia internasional. Muridnya sekitar 500 orang dan semua diasramakan. Sayang sekali, ketika kami berkunjung ke sana, sekolah ini sedang libur musim panas sehingga kami tidak melihat aktivitas siswa. Kami hanya sempat melihat sejumlah siswa sedang belajar mempersiapkan diri untuk ikut kompetisi olimpiade sains.
Berbincang santai dengan para pengelola Fatih Koleji
Sekolah ini mirip pesantren di Indonesia, murid-murid diasramakan dan mendapat perhatian sepenuhnya dari pengelola, misalnya gedung sekolah yang amat luas dan modern,asrama yang sangat menyenangkan dilengkapi dengan fasilitas kesehatan, fasilitas perpustakaan yang lengkap, fasilitas laboratorium fisika dan biologi yang canggih, fasilitas ibadah yang nyaman, ruang makan, fasilitas olah raga, dan juga fasilitas untuk mengembangkan bakat seni.Murid-murid dipantau sedemikian rupa, dikembangkan bakat dan minatnya dan didorong untuk mengikuti berbagai perlombaan tingkat dunia, khususnya dalam bidang sains.
Sejak berdirinya, 20 tahun lalu. Para alumni sekolah ini menjadi mahasiswa teladan di banyak universitas terkenal di Turki dan juga memenangkan berbagai perlombaan bergengsi di ajang olimpiade sains tingkat dunia.
Sebelum meninggalkan Fatih Koleji, Prof. Toety sempat memainkan piano di ruang kesenian
Diyanet Isleri Baskanligi
Ketiga, mengunjungi Departemen Agama Turki (Diyanet Isleri Baskanligi dalam bahasa Turki) atau The Presidency of Religious Affairs yang berlokasi di Ankara. Institusi ini mirip Kementerian Agama Indonesia. Di lembaga ini, kami mengunjungi dua direktorat, yaituDirectorate of Foreign Relations (Direktorat Bidang Hubungan Luar Negeri) dan mengunjungi Directorate of Educational Services (Direktorat Bidang Penyelenggaraan Pendidikan).
Directorate of Foreign Relations
Kunjungan ke Directorate of Foreign Relations (Direktorat Bidang Hubungan Luar Negeri) kami diterima langsung oleh Dirjen, Prof. Dr. Mehmet Pacaci. Beliau menjelaskan banyak hal terkait tugas lembaga yang dipimpinnya. Intinya, tugas lembaga ini meliputi 4 hal pokok, yakni kegiatan pendidikan agama, pelayanan keagamaan, kegiatan pengembangan dan publikasi dan kegiatan penelitian. Khusus terkait direktorat yang dipimpinnya, yaitu bidang hubungan luar negeri, lembaga ini mengurusi terutama para imigran Turki yang jumlahnya lebih dari sepuluh juta orang, kebanyakan mereka berada di negara-negara Eropa, seperti Belanda,Denmark, Swiss, Jerman, Austria, Perancis, Spanyol dan Italia.
Di ruangan Prof. Dr. Mehmet Pacaci, didampingi penterjemah dari KBRI Turki, mbak Lita
Lembaga ini bertugas memenuhi dan memfasilitasi kebutuhan umat Islam Turki yang berada di luar negeri, baik terkait urusan ibadah dengan menyiapkan tenaga imam dan khatib serta guru-guru agama buat masyarakat tersebut, maupun terkait urusan di luar ibadah, seperti urusan makanan halal dan pendidikan keagamaan buat anak-anak mereka. Di sampng itu, juga berupaya membangun dialog agama (religious dialogue) dengan pihak-pihak luar demi ikut serta menjaga perdamaian dunia.
Untuk kegiatan pendidikan, lembaga ini mengutamakan pembentukan kursus Al-Qur’an, bukan hanya agar masyarakat Muslim Turki dapat membaca Al-Qur’an dengan fasih, melainkan juga diharapkan mampu memahami maknanya dan pada gilirannya nanti mampu mengimplementasikan pesan-pesan Al-Qur’an dalam kehidupan mereka sebagai warga negara Turki yang Muslim. Untuk itu lembaga ini mendirikan ribuan tempat-tempat kursus baca-tulis Al-Qur’an. Kursus ini dilengkapi dengan modul pengajaran yang canggih dan para guru yang berpengalaman.
Sejak tahun 2014, lembaga ini membuka program khusus membaca Al-Qur’an bagi kelompok difabel, khususnya Tuna netra dan Tuna rungu dengan biaya negara sepenuhnya, pembelajaran ini dibuat dengan metodologi yang canggih, bagi tuna-rungu menggunakan buku dengan huruf braille dan video. Untuk tuna-rungu telah diciptakan 900 model isyarat. Dengan demikian semua kelompok, khususnya difable yang selama ini termarjinalkan, kini terbuka aksesnya untuk belajar Al-Qur’an. Selain itu, lembaga ini juga membuat program hafal Al-Qur’an, saat ini tercatat sekitar 120.000 orang penghapal Al-Qur’an dari berbagai penjuru Turki.
Directorate of Educational Services
Berikutnya, kunjungan ke Directorate of Educational Services (Direktorat Bidang Penyelenggaraan Pendidikan), kami diterima oleh Prof. Dr. Ali Erbas, sebagai General Manager.Di samping mengurusi bidang pendidikan, direktorat ini juga mengurusi bidang pelayanankeagamaan dalam bentuk menyiapkan para imam dan khatib yang akan disebarkan ke semua masjid di berbagai wilayah Turki dan luar Turki. Untuk Turki saja disebutkan ada sekitar 90.000 masjid dan semua kebutuhan akan imam dan khatib tersebut disuplay oleh lembaga ini. Saat ini tercatat sebanyak 130.000 petugas imam, khatib dan muazzin yang mereka punyai. Di Turki, semua imam, khatib dan petugas keagamaan lainnya harus melalui suatu pendidikan resmi.Seseorang tidak boleh tampil begitu saja di masjid atau lembaga keagamaan lainnya tanpa sertifikat resmi dari pemerintah.
Berdiskusi dengan Prof. Dr. Ali Erbas beserta sejumlah pejabat senior
Untuk itu, direktorat ini menyelenggarakan pendidikan khusus untuk menghasilkan lulusan yang kelak akan bertugas sebagai imam dan khatib di berbagai masjid di Turki atau di luar Turki melayani umat Islam di sana. Pendidikan bagi imam dan Khatib dimulai dari sekolah setingkat Madrasah Tsanawiyah, lalu Madrasah Aliyah, kemudian masuk Fakultas Ilahiyat selama 4 tahun (S1). Setelah itu, mereka harus mengikuti kursus lagi selama 3 bulan untuk selanjutnya ditempatkan di masjid tertentu. Jadi, pendidikan para imam dan khatib sangat jelas dan sistemik. Adapun bagi mereka yang akan menjadi mufti diperlukan pendidikan lanjutan berupa kursus selama 3 tahun atau 36 bulan atau setara dengan S3. Semua imam, khatib dan mufti adalah PNS, mereka adalah organ pemerintah dan harus menyuarakan kebijakan pemerintah yang menganut mazhab Hanafi.
Berfoto di depan Direktorat Bidang Penyelenggaraan Pendidikan
Pendidikan bagi imam dan khatib ini penting bagi Turki untuk memastikan agar para imam dan khatib hanya menyuarakan pesan-pesan keagamaan yang sejuk, damai dan kompatibel dengan prinsip-prinsip Turki yang demokratis. Sekaligus, merupakan upaya untuk menghadang munculnya pemahaman keagamaan yang ekslusif dan radikal yang membahayakan ketenteraman dan kedamaian masyarakat.
Menarik digarisbawahi, bahwa meskipun Turki menyebut diri sebagai negara sekuler, namun negara tetap melakukan intervensi membuat berbagai regulasi agama yang tujuannya adalah memberikan proteksi dan perlindungan kepada warga negara. Masyarakat Turki 98%adalah Muslim. Muslim Sunni yang bermadzhab Hanafi. Regulasi tersebut dibuat bukan untuk membatasi dan mengungkung hak dan kebebasan warga, melainkan sepenuhnya untuk kemaslahatan dan kedamaian hidup seluruh warga Turki. Hal ini diperlukan agar masyarakat terhindar dari segala bentuk eksploitasi dan kekerasan yang mengatasnamakan agama.Pemerintah berhak melindung warganya dari semua bentuk kesewenangan yang mungkin dilakukan oleh siapa pun dengan mengatasnamakan agama atau Tuhan.
Turkiye Diyanet Vakfi
Keempat, mengunjungi Turkiye Diyanet Vakfi (Turki Religious Foundation). Institusi ini berdiri tahun 1975 dan bergerak di bidang pemberian bantuan kemanusiaan kepada korban bencana alam(semacam lembaga philantrophy). Kami diterima langsung oleh Mazhar Bilgin, pimpinan Turkiye Diyanet Vakfi. Acara dimulai dengan santap siang bersama, lalu penjelasan tentang visi-misi organisasi dan berbagai kegiatan penting yang telah dilakukan organisasi ini di Turki sejak berdirinya.
Suasana diskusi di kantor Turkiye Diyanet Vakfi sambil makan siang
Lembaga ini bekerja sama dengan berbagai lembaga funding lainnya yang memiliki konsen yang sama untuk kemanusiaan. Gerakan pemberian bantuan selama ini lebih banyak diarahkan ke negara-negara Afrika, ada juga ke beberapa negara di Asia, seperti Indonesia.Mereka juga aktif terlibat dalam penganggulangan bencana tsunami di Aceh.
Selain itu, lembaga ini juga ikut aktif dalam mempromosikan dialog keagamaan (religious dialogue), dalam berbagai bentuk kerjasama pendidikan dan kebudayaan untuk menjembatani berbagai kesenjangan yang memungkinkan terjadinya konflik.
Berfoto bersama Mazhar Bilgin, pimpinan Turkiye Diyanet Vakfi dan jajarannya, serta bagian konsuler, KBRI, Ankara (Robertus Irawan)
Ankara Universitesi
Kelima, mengunjungi Fakultas Ilahiyyat, Universitas Ankara. Ini merupakan kunjungan terakhir kami di Ankara, Turki. Universitas Ankara berdiri tahun 1949 dan berkembang sangat pesat. Ada beberapa fakultas ilahiyyat di seluruh wilayah Turki. Fakultas Ilahiyyat, Universitas Ankara memiliki jumlah mahasiswa sekitar 5000 orang. Selain memiliki Fakultas Ilahiyat yang melahirkan imam dan khatib serta mufti, universitas Ankara ini juga mengembangkan studi sains dan teknologi.
Berfoto bersama Dekan Fakultas Ilahiyat di ruang kerja beliau.
Alumni Fakultas Ilahiyat umumnya bekerja di Kementerian Agama atau Diyanet Isleri, baik sebagai pegawai administrasi pemerintahan, maupun sebagai imam, khatib dan mufti.Menarik disebutkan bahwa hampir 70% mahasiswa di fakultas ini adalah perempuan. Namun, kebijakan pemerintah belum dapat mengangkat mereka untuk jabatan sebagai imam, khatib dan mufti. Jabatan-jabatan keagamaan tersebut masih menjadi monopoli kaum laki-laki.
Berdiskusi dengan Dekan Fakultas Ilahiyat, Universitas Ankara
Beberapa isu penting dapat dicatat dari diskusi dengan dekan Fakultas Ilahiyat dan para dosen senior di sana, antara lain sebagai berikut. Pertama, terkait pendirian masjid di Turki, siapa pun boleh mendirikan masjid, tapi petugas imam dan khatib disediakan oleh negara yang tidaklain adalah lulusan dari Fakultas Ilahiyat ini. Kedua, tidak semua lulusan Fakultas Ilahiyat jadi PNS, namun jika mereka berminat jadi PNS, harus ikut seleksi dan lulus dalam seleksi yang berupa tes kepegawaian.
Fakultas Ilahiyat amat konsen mengajarkan agama yang lapang, agama yang mengedepankan nilai-nilai etika, nilai-nilai humanis dengan cara memberikan kepada para mahasiswa bukan hanya pengajaran agama Islam yang klasik berupa tafsir, hadis dan fikih, melainkan juga membekali mereka dengan pengetahuan sains, filsafat dan seni.
Pemerintah Turki tampaknya sangat konsen pada upaya membangun pemahaman Islam yang damai, dan berusaha menangkal semua bentuk pemahaman Islam yang intoleran,menggunakan kekerasan dan memicu konflik. Turki agaknya lebih peka dalam menghadapi ancaman radikalisme dan terorisme berbasis agama yang sekarang menjadi problem besar di berbagai negara. Turki yang sekuler tetap menjadikan nilai-nilai agama sebagai basis penting bagi pembangunan bangsa dan masyarakatnya.
Ucapan terima kasih.
Kunjungan studi budaya di Turki dapat berjalan lancar berkat bantuan KBRI Ankara, Ibu DubesRI Ibu Nahari Agustini dan Bapak Soegiman yang menyediakan tempat singgah semalam di Wisma Indonesia, dengan jamuan hidangan yang lezat, dan termasuk bantuan staf KBRI ibu Litayang bertindak sebagai penerjemah dari bahasa Turki ke Indonesia dan sebaliknya, serta Bapak Murad dan Sandy yang setia mengantarkan ke tempat-tempat acara. Sedang di Istanbul sejak dari awal rencana kunjungan sampai akhir kunjungan dibantu oleh saudara Budy Sugandi, alumni UIN Sunan Kalijaga, yang sedang kuliah Magister Pendidikan Matematika di Universitas Marmara, Istanbul.
Jakarta, 4 Juli 2014
MM/AA/THNR/in
Jembatan Pelajar Indonesia
Dari Indonesia untuk Anak Indonesia
Jembatan Pelajar merupakan gerakan sosial dan rintisan (start-up) teknologi pendidikan dengan tiga fokus utama; Membantu pelajar Indonesia untuk menggali potensi diri, Merupakan situs marketplace pencarian guru keterampilan (skill-based teacher) dan sebagai tempat bagi guru keterampilan untuk mencari siswa. Menyediakan layanan bimbingan bagi pelajar Indonesia yang ingin melanjutkan pendidikan baik ke dalam maupun ke luar negeri.
07.37.00
pena
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar
tinggalkan coment anda, krna satu kata anda sangatlah berarti