Sabtu, 05 April 2014

Suara Pemilih di Luar Negeri


Dalam hitungan hari, Indonesia akan melaksanakan PEMILU 2014 yaitu PEMILU Anggota Legislatif dan PEMILU Presiden RI. Pesta demokrasi  ini akan dimeriahkan oleh seluruh Warga Negara Indonesia (WNI) baik yang sedang berada di dalam negeri maupun di luar negeri. Untuk WNI yang sedang berada di luar negeri penyaluran suara akan diberikan melalui Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) yang dibentuk oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) sesuai dengan Peraturan Komisi Pemilihan Umum nomor 12 tahun 2013.

Untuk pelaksanaannya, akan dilakukan lebih cepat dari jadwal pemilu dalam negeri (hari libur terdekat) berdasarkan pijakan hukum yang telah disepakati KPU pada UU 8/2012 dan UU 15/2011 dengan tujuan agar partisipasi pemillih meningkat.

WNI yang sedang berada di Luar Negeri memiliki latar belakang yang beragam, ada yang sedang meuntut ilmu, bekerja sampai berkeluarga. Pembatas geografis yang jauh dengan tanah air tidak menjadi halangan untuk mengikuti perkembangan dinamika politik di tanah air. Bahkan bisa dikatakan WNI di luar negeri sangat kritis terhadap kebijakan yang dianggap tidak berpihak pada rakyat. Sebut saja aksi penolakan Kunjungan Kerja DPR ke Jerman oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Jerman yang sempat mencuat beberapa waktu lalu. Para pelajar mempertanyakan urgensi kunjungan rombongan anggota DPR-RI Komisi 1 tersebut yang dianggap tidak efektif dan cenderung menghambur-hamburkan uang negara.

Dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi tersebut menyebabkan segala informasi bisa diakses dengan mudah dan cepat. Dunia sosial media juga menjadi alat untuk berkomunikasi baik sekedar untuk bertegur sapa dengan kerabat di tanah air, mencari informasi sampai pada memberikan dukungan kepada preferensi politik masing-masing baik secara malu-malu karena ada rasa tidak enak dengan teman-teman yang berbeda preferensi maupun memberikan dukungan secara terang-terangan.

Saat penulis berdiskusi dengan Suratno Paramadina salah satu kandidat Doktor Political Anthropology & Religion di Goethe Universitat Frankfurt yang juga dosen di Universitas Paramadina ini, beliau menyampaikan bahwa “secara umum perilaku politik di luar negeri tidak jauh berbeda dengan di Indonesia, bedanya hanya orang-orangnya saja di luar negeri yang jauh dari Indonesia, jadi sosial media sangat menentukan pilihan dan mempengaruhi perilaku politik mereka.  secara umum perilaku pemilih Indonesia di luar negeri juga demokratis, karena mereka bisa belajar dari negara masing-masing dan secara umum memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Jadi mestinya lebih kritis terhadap dinamika yang ada sehingga preferensi politik merek secara umum rasional”.

Acara-acara yang bernuansa diskusi sudah sering dilakukan, baik diskusi dengan menghadirkan pembicara dari masyarakat sekitar maupun memanfaatkan tamu yang datang (peneliti, dosen, dll). Diskusi ini biasanya diselenggarakan oleh pihak KBRI, KJRI, PPI, PCINU atau organisasi dan elemen masyarakat lainnya. Dengan demikian data sekitar 2,25 juta jumlah pemilih di luar negeri yang tersebar di 130 negara di dunia dari Pokja Panitia Pemilihan Umum Luar Negeri (PPLN) ini tidak bisa diremehkan.


@budysugandi
Braunschweig,  Maret 2014

diterbitkan di Harian Surya-Surabaya pada Jumat, 28 Maret 2014: http://surabaya.tribunnews.com/2014/03/28/suara-pemilih-di-luar-negeri


Jembatan Pelajar Indonesia

Dari Indonesia untuk Anak Indonesia

Jembatan Pelajar merupakan gerakan sosial dan rintisan (start-up) teknologi pendidikan dengan tiga fokus utama; Membantu pelajar Indonesia untuk menggali potensi diri, Merupakan situs marketplace pencarian guru keterampilan (skill-based teacher) dan sebagai tempat bagi guru keterampilan untuk mencari siswa. Menyediakan layanan bimbingan bagi pelajar Indonesia yang ingin melanjutkan pendidikan baik ke dalam maupun ke luar negeri.

0 comments:

Posting Komentar

tinggalkan coment anda, krna satu kata anda sangatlah berarti